Untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang menambah ilmu sekaligus menambah uang saku hehe, saya menggabungkan diri menjadi salah satu pengajar di salah satu lembaga kursus musik di daerah Kotabaru, Yogyakarta. Saya menjadi pengajar alat musik organ klasik untuk siswa SD. Jadwal mengajar saya tiap hari Rabu sore, dari jam 17.30 sampai 18.00. Setiap berangkat dan pulang mengajar, saya selalu melewati deretan toko-toko bunga di Kotabaru tersebut. Dilahirkan sebagai seorang perempuan membuat saya selalu tak kuasa menolehkan pandangan saya pada deretan toko-toko yang menjual beraneka ragam jenis dan warna bunga yang indah tersebut. Berulang-ulang terjadi seperti itu, sehingga tak hanya rupa bunga saja namun juga kegiatan bisnis serta transaksi jual beli antara penjual dan pembeli tak luput dari pengamatan saya.
Peristiwa yang cukup menarik bagi saya terjadi kemarin, tepatnya hari Rabu, tanggal 13 Februari 2013, waktu itu hujan gerimis, saya jadi males-malesan pulang ke kos seusai mengajar, alhasil saya cuma duduk termangu di atas motor, di parkiran lembaga les yang berpeneduh. Dari parkiran, saya dapat melihat dengan cukup dekat dan jelas deretan toko-toko bunga Kotabaru. Pertamanya saya ‘ngrasani’ dalam hati, “Ih norak banget sih hiasan tokonya pink-pink gitu, mana bunganya mawar banyak, warnanya juga banyak yang pink-nya lagi!” (red. maklum saya tidak begitu suka mawar dan warna pink hehe). Selain itu saya juga terganggu dengan pembeli yang ‘tumben’ berdiri berderet-deret, mengganggu pandangan saya saja, bikin saya tidak leluasa memandangi indahnya bunga-bunga dengan cuma-cuma. Bisa ditebak kan betapa lemot-nya saya, yang sekian lama akhirnya baru sadar kalau besok itu hari Valentine. Alamak pantesaaan >.<
Meskipun saya terganggu dengan segala warna pink dan kerumunan pembeli tersebut, ada hal yang membuat saya bahagia, yaitu raut muka penjual bunga yang ‘sumringah’ dengan senyumnya yang cerah ceria dan menyenangkan serta salam sapa super ramah buat para pembeli (lebay ya kata-katanya haha). Tapi beneran deh saya jadi mendadak bahagia. Ngebayangin senengnya para penjual bunga yang bisa berbagi kasih buat para pembeli sekaligus dapet rejeki nomplok gara-gara hari Valentine.
Tapi kebahagiaan itu dari sisi penjual bunga atau saya yang ceritanya jadi ‘penggemar’ penjual bunga sih, kalau dari sisi yang lain, mungkin Valentine bisa jadi justru berarti penderitaan, ancaman, bahaya, kesia-siaan, pemborosan, atau berbagai macam pendapat lainnya.
Bagi saya pribadi (ceritanya sudah bukan ‘penggemar’ penjual bunga), hari Valentine, sama seperti hari ‘peringatan’ yang lain, semacam hari Ibu, hari Ayah, hari Anak-anak, hari Ulang Tahun, hari Lingkungan Hidup. hari Kesehatan, hari AIDS, hari Kemerdekaan, hari Pendidikan Nasional, dan berjuta-juta macam hari peringatan yang ada di muka bumi ini. Mereka semua adalah hari ‘peringatan’, hari dimana kita ‘diingatkan’ kembali untuk memaknai peristiwa tersebut (red. memaknai dengan baik dan dewasa tentunya), tidak hanya di hari itu, namun di setiap hari yang kita punya. Kadang saya mikir, ada hari peringatan aja orang-orang suka lupa mengamalkan berbagai macam kebaikan tersebut, apalagi ga ada hari peringatan. Idealnya sih, ga ada hari peringatan sekalipun, seharusnya kita sudah sadar diri buat selalu melalukan segala kebaikan. Tapi kan ya ga semua orang lurus dan selalu ingat. Bagus juga kalau ada hari peringatan, jadi bikin ingat lagi kalau dalam perjalanan hidup harus melakukan kebaikan tersebut di setiap hari dan setiap saat.
Itu bagi saya, bagi orang lain mungkin berbeda. Semuanya tergantung bagaimana kita memaknai hari peringatan tersebut. Mau dimaknai positif, negatif, netral itu ‘hak’ masing-masing. ‘Bebas’ kok, asal dalam ‘kebebasan’ tersebut tidak saling melukai satu sama lain, ya kan? 😀
Selamat tanggal 14 Februari! Selamat hari Valentine atau hari Kasih Sayang bagi yang merayakan, dan selamat hari Kamis buat yang tidak merayakan hehe. Yuk bersama-sama kita berbagi cinta, kasih, dan sayang buat sesama! ♥